SHARE
Anjungan Jawa Barat di TMII dibangun berdasarkan model kasepuhan Keraton Cirebon.Pemilihan model itu beralasan, sebabdahulu Cirebon merupakan daerah pengembangan agama Islam yang pertama di Jawa Barat, dan hingga kini sebagian besar penduduknya merupakan pemeluk agama Islam.
Sesuai dengan bangunan aslinya, bangunan induk anjungan ini dibagi atas beberapa ruangan yang kini dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya. Ruangan-ruangan tersebut adalah:
Di seputar bangunan induk masih ada 4 bangunan lagi, yaitu langgar alit, sri menganti, lunjuk dan Jinem arum. Aslinya masing-masing berfungsi sebagai musholla, tempat tunggu bagi para tamu, tempat mendaftarkan diri sebelum menghadap Sultan dan yang terakhir adalah ruang keluarga Sultan. Sudah barang tentu anjungan Jawa Barat di TMII memiliki fungsi lain seperti sebagai tempat informasi tentang budaya dan kepariwisataan Jawa Barat, ruang kantor, dan kafetaria. Selain tiruan kompleks kraton kasepuhan Cirebon tersebut, di anjungan Jawa Barat masih ada beberapa bangunan tambahan lainnya yang berbentuk rumah tradisional, berupa rumah panggung berdinding bamboo (gedek), yang dilengkapi dengan perabot rumah tangga tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu. Di bagian belakang, dibangun pula sebuah panggung terbuka dengan atap berbentuk paying-payung besar dan mempunyai tempat duduk permanen berbentuk tapal kuda. Di panggung inilah pada hari Minggu dan hari libur dipentaskan berbagai kesenian dari wilayah Jawa Barat, selain itu juga sering diadakan bazaar, pameran dan demonstrasi benda hasil kerajinan yang berpuncak pada ‘Pameran Wajah Jawa Barat’.