
02 Dec Wayang Kulit Bekasi
Wayang Kulit Bekasi sebenarnya masih memiliki latar belakang yang sama dengan wayang-wayang sejenis di Pulau Jawa. Yang membedakan, selain faktor sosiologis dan pengaruh budaya lingkungan, wayang kulit Bekasi memiliki tokoh yang lebih mirip dengan wayang golek, misalnya Semar, Cepot, Udel dan Gareng, sementara Dorna digambarkan dengan wajah ke-Arab-¬araban dengan memakai topi haji.
Awalnya Wayang Kulit Bekasi dibawa oleh seseorang bernama Balentet setelah berguru di daerah Cirebon dengan membawa wayang kulit Pandawa Lilima sebagai warisan gurunya. Balentet kemudian mematangkan ilmu pedalangannya di daerah Bekasi dengan mendatangi tiga orang guru pedalangan, di antaranya Mbah Belentuk, Mbah Rasiun dan Mbah Cepe. Sekitar tahun 1918, Balentet mulai mendalang hingga meninggal dunia pada tahun 1982. Sebagai dalang kondang di Bekasi, Belentet mewariskan ketrampilan mendalangnya itu pada putra-¬putranya, diantaranya Naman Sanjaya Balentet dan Namin. Keterampilan mendalang putra Balentet ini cukup terkenal di wilayah Bekasi, karena cara memainkan wayang dan pertunjukan wayang itu sendiri yang sangat egaliter.
Sebagai seni pertunjukan yang merakyat, Wayang Kulit Bekasi biasa dipertontonkan di tengah-tengah masyarakatnya. Adakalanya, pertunjukan Wayang Kulit Bekasi dipersembahkan pada acara hajat bumi sebagai peristiwa yang dianggap sakral. Namun sebagai seni pertunjukan, Anda juga dapat memesan kesenian ini untuk pelaksanaan kenduri, baik khitanan maupun pernikahan.
Sumber : http://disparbud.jabarprov.go.id